Istilah piutang mengacu pada sejumlah
tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari
pihak lain, sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk
piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang
wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang
biasanya langsung dalam bentuk piutang wesel dan piutang bunga), maupn sebagai
akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak)
Sebagian besar piutang timbul dari
penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pada umumnya pelanggan akan lebih tertarik membeli produk yang
ditawarkan secara kredit oleh perusahaan. Dan hal ini rupanya juga menjadi
salah satu trik untuk meningkatkan besarnya omset penjualan yang akan tampak
dalam laporan laba ruginya. Piutang yang timbul dari penjualan atau penyerahan
barang dan jasa secara kredit ini diklasifikasikan sebagai piutang.
Dalam praktek, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi
1.
Piutang
usaha
Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat
penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal
disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang biasanya
diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek, biasanya
dalam waktu 30 hari hingga 60 hari.
2.
Piutang
wesel
Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel
adalah pihak yang telah berhutang kepada perusahaan. Pihak yang berhutang
berjanji kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut
bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut
ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes.
Piutang wesel
merupakan piutang dagang dalam bentuk yang lebih formal. Orang yang berpiutang
akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa ia akan membayarkan sejumlah uang
tertentu pada kreditur pada saat yang telah ditetapkan. Biasanya jangka waktu
dari piutang wesel ini tidak lebih lama dari 60 hari. Terkadang piutang wesel
juga mengharuskan debitur untuk memberikan suatu jaminan tertentu terhadap
hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian hari, debitur tersebut tidak dapat
membayar hutangnya, maka kreditur berhak untuk mengklaim harta debitur yang
dijadikan jaminan tersebut.
Tanggal
dimana wesel akan dibayar dinamakan tanggal jatuh tempo. Periode atau jangka
waktu antara tanggal penerbitan wesel dan tanggal jatuh tempo dari sebuah wesel
jangka pendek, dapat dinyatakan baik dalam jumlah hari atau bulan. Ketika
jangka waktu atau umur wesel dinyatakan dalam jumlah hari, maka cara menentukan
tanggal jatuh temponya adalah dengan menghitung sekian hari sejak tanggal
penerbitannya. Dalam hal ini, tanggal dimana wesel diterbitkan adalah
diabaikan, sedangkan tanggal dimana wesel akan jatuh tempo turut
diperhitungkan. Sebagai contoh, tanggal jatuh tempo atas wesel yang berumur 60
hari dan diterbitkan pada tanggal 12 Juni adalah tanggal 11 Agustus, yang
dihitung sebagai berikut :
Umur wesel 60
hari
Juni (30-12) = 18
Juli =
31 (49) hari
Tanggal jatuh tempo : Agustus 11
Dalam wesel tertera mengenai tingkat suku bunga yang harus
dibayar oleh pembuat wesel kepada pemegang wesel pada saat wesel tersebut jatuh
tempo. Untuk piutang wesel berbunga, nilai jatuh temponya adalah sebesar nilai
nominal wesel ditambah dengan bunga yang dihitung.
Rumus dasar dalam menghitung bunga adalah sebagai berikut :
Nilai nominal (pokok) x tingkat suku bunga tahunan x umur
wesel
a.
Ketentuan
atau kondisi wesel
Nilai nominal Rp.
50.000.000
Tingkat suku bunga 9%
Jangka waktu wesel 60 hari
Perhitungannya : Rp. 50.000.000 x 9% x 60/360 = Rp. 750.000
b.
Ketentuan
atau kondisi wesel
Nilai nominal Rp. 75.000.000
Tingkat suku bunga 6%
Jangka waktu wesel 3 bulan
Perhitungannya : Rp. 75.000.000 x 6% x 3/12 = Rp. 1.125.000
Seperti yang telah disebutkan, wesel dapat diterima dari
pelanggan untuk menggantikan piutang usaha. Sebagai ilustrasi , asumsi bahwa
sebuah wesel yang bernilai nominal Rp. 4.000.000 , dengan tingkat suku bunga 6%
dan berjangka 45 hari diterima tanggal 12 Maret 2010.
12 Maret 2010
Piutang Wesel Rp.
4.000.000
Piutang
Usaha Tn X Rp. 4.000.000
Ketika wesel jatuh tempo, ayat jurnal untuk mencatat
penerimaan atas nilai nominal wesel berikut bunganya adalah sebagai berikut :
26 April 2010
Kas Rp.
4.030.000
Piutang
Wesel Rp. 4.000.000
Pend Bunga Rp. 30.000
3.
Piutang
lain lain
Piutang lain lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan
secara terpisah dalam neraca. Piutang lain-lain terdiri
dari bermacam ragam, biasanya merupa- kan pinjaman yang diberikan kepada
pegawai ataupun cabang dari perusahaan. Biasanya piutang ini bersifat jangka
panjang, tetapi piutang tersebut dapat dikategorikan sebagai aktiva lancar
apabila piutang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari
satu tahun. Contohnya adalah piutang bunga,
piutang dividen, piutang pajak, dan tagihan kepada karyawan. Dalam
neraca, pelaporan wesel tagih yang bersifat jangka panjang dan piutang
Iain-lain biasanya diletakkan di antara bagian aktiva lancar dengan aktiva tetap.
Pengakuan Piutang Usaha
Akun piutang usaha pertama kali akan
timbul oleh karena penjualan barang dagangan secara kredit, yang kemudian dapat
diikuti dengan transaksi retur penjualan, penyesuaian atau pengurangan harga
jual, dan pada akhirnya penagihan (baik tanpa ataupun disertai dengan pemberian
potongan penjualan)
Ayat jurnal yang
perlu dibuat oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan barang
dagangan secara kredit, yaitu :
Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
Ayat jurnal yang dibuat
oleh penjual pada saat menerima kembali barang dagangan yang telah dijualnya
secara kredit atau pada saat memberikan penyesuaian/pengurangan harga jual
kepada pelanggannya, yaitu :
Retur
penjualan&penyesuaian harga jual xxx
Piutang Usaha xxx
Ayat
jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari
pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai (selama periode potongan) adalah
sebagai berikut :
Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Piutang Usaha xxx
Sedangkan
untuk perusahaan jasa, akun piutang usaha akan timbul apabila perusahaan belum
menerima pembayaran atas jasa yang secara substansial telah selesai diberikan
kepada pelanggan. Dalam hal ini, ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pemberi
jasa dalam pembukuannya adalah sebagai berikut :
Piutang Usaha xxx
Pendapatan Jasa xxx
Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Orang yang tidak dapat membayar sekarang akan melakukan pembelian secara kredit. Penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat, tetapi kerugian yang dialami perusahaan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tidak ditagih. Kerugian ini biasanya disebut beban piutang tak tertagih. Besar dari beban piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan.
Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Orang yang tidak dapat membayar sekarang akan melakukan pembelian secara kredit. Penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat, tetapi kerugian yang dialami perusahaan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tidak ditagih. Kerugian ini biasanya disebut beban piutang tak tertagih. Besar dari beban piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan.
Pengukuran Jumlah Piutang Tak Tertagih
Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara
kredit, beban piutang tak tertagih merupakan beban yang memang timbul karena
kegiatan bisnis perusahaan. Sebagai beban usaha, tentunya beban piutang tak
tertagih harus diketahui jumlahnya. Untuk itu, akuntan mengenal dua metode yang
dapat dipakai, yaitu metode penyisihan dan metode penghapusan langsung.
Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan perusahaan
seakurat mungkin, maka perusahaan yang banyak melakukan penjualan
secara kredit akan mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur jumlah
piutang tak tertagih. Dalam pencatatan kerugian, metode ini tidak menunggu
sampai langganan benar-benar tidak mampu membayar, melainkan memperkirakan jumlah
piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dibayar oleh langganan.Manajer
perusahaan tentunya mengetahui bahwa tidak semualangganannya akan membayar
secara penuh.
Tanpa harus menebak-nebak mana langganan yang tidak
akan membayar, metode ini menggunakan pengalaman masa lampau untuk memperkirakan
berapa jumlah beban piutang tak tertagih untuk periode ini. Perusahaan akan
mendebit beban piutang tak tertagih sejumlah yang diperkirakan, dan akan mengkredit
akun penyisihan piutang tak tertagih, yang nantinya akan disajikan sebagai
pengurang dari akun piutang dagang di dalam neraca.
Untuk dapat memadukan pendapatan dan beban dengan
lebih tepat, beban piutang tak tertagih diperkirakan berdasarkan
pengalaman pada periode-periode sebelumnya, dan dicatat sebagai ayat jurnal
penyesuaian pada periode dimana penjualan tersebut dilaksanakan. Pencatatan ini akan
(1) menurunkan laba bersih karena kita mendebit akun Bebandan
(2) menurunkan piutang dagang - netto, karena kita mengkredit akun
Penyisihan.(Penyisihan piutang tak tertagih merupakan akun yang akan
mengurangi akun piutang dagang untuk mendapatkan piutang dagang netto).
Misalkan jumlah penjualan perusahaan untuk tahun 2011
adalah Rp 240.000 dan berdasarkan pengalaman masa lalu perusahaan memperkirakan
beban piutang tak tertagih untuk periode tersebut adalah Rp 3.100, maka
pencatatan yang dilakukan selama tahun 2011 adalah sebagai berikut: (Ada dua piutang
dagang yang diperinci, yaitu piutang dagang dari Indra dan Dewi).
2011
Piutang dagang - Indra 1.300
Piutang dagang - Dewi 1.700
Piutang dagang - langganan lain 237.000
Penjualan 240.000
(Untuk
mencatat penjualan)
2011
Beban piutang tak tertagih 3.100
Penyisihan piutang tak tertagih 3.100
(Untuk
mencatat beban tak tertagih berdasarkan pengalaman perusahaan di masa
lalu)
Jurnal yang mencatat beban piutang tak tertagih akan
menurunkan piutang dagang netto. Laporan
keuangan perusahaan tahun 2011 akan terlihat seperti di bawah ini:
Laporan Laba Rugi 2011
Penjualan Rp 240.000
Beban piutang tak tertagih Rp
3.100
Neraca 31
Desember 2011
Aktiva lancar:
Piutang dagang Rp 240.000
Dikurangi: Penyisihan piutang tak
tertagih (Rp 3.100)
Piutang dagang - Netto Rp 236.900
Penghapusan Piutang tak tertagih
Selama tahun 2012, perusahaan berhasil menagih hampir semua
piutang dagangnya.
Walaupun demikian, bagian kredit mengatakan bahwa Indra dan Dewi
tidak dapat membayar hutang mereka. Perusahaan lalu menghapuskan hutang mereka
dan melakukan pencatatan sebagai berikut:
Kas 235.000
Piutang dagang 235.000
(Untuk
mencatat penerimaan piutang)
Penyisihan piutang tak
tertagih 3.000
Piutang Dagang - Indra 1.300
Piutang Dagang - Dewi 1.700
(Untuk
mencatat piutang yang tak tertagih)
Jurnal untuk penghapusan
piutang tidak akan berpengaruh pada keuntungan perusahaan,
karena tidak ada pendebitan akun Beban.
Jurnal
ini juga tidak akan mempengaruhi jumlah piutang dagang netto karena kita
melakukan jurnal dengan mendebit akun penyisihan dan mengkredit akun piutang
dagang
Laporan keuangan tahun 2011 dan 2012 yang berhubungan
dengan piutang dagang terlihat di bawah ini. Untuk memperjelas pemaduan antara beban
dan pendapatan, diasumsikan bahwa perusahaan tidak melakukan penjualan
sepanjang tahun 2012.
Laporan Laba Rugi: 2011 2012
Penjualan Rp
240.000 0
Beban:
Beban piutang tak
tertagih Rp
3.100 0
Prinsip pemaduan mensyaratkan bahwa beban piutang tak
tertagih harus dihubungkan
dengan penjualannya, karena itu pada tahun 2012 tidak ada beban, karena pada tahun tersebut
tidak ada pendapatan. Neraca perbandingan perusahaan untuk tahun 2011
dan 2012 adalah sebagai berikut:
Neraca 31
Desember
2011 2012
Aktiva Lancar:
Piutang Dagang Rp 240.000 Rp 2.000
Dikurangi: Penyisihan Piutang tak tertagih Rp(3.100) Rp
(100)
Piutang Dagang - Neto Rp 236.900 Rp 1.900
Penghapusan piutang tak tertagih tidak akan selalu sama dengan penyisihan
piutang tak tertagih
Penghapusan piutang tak tertagih merupakan jumlah
aktual piutang yang tidak dapat ditagih dari konsumen, sedangkan penyisihan
dibuat berdasarkan perkiraan. Penghapusan akan sama dengan penyisihan hanya bila
kita dengan tepat memperkirakan berapa jumlah piutang yang bakal tak
tertagih pada periode tersebut, suatu kejadian yang jarang terjadi.
Biasanya akan ditemukan selisih antara
jumlah yang dihapuskan dengan jumlah yang disisihkan. Jika jumlah yang disisihkan
terlalu besar dalam suatu periode, maka akun penyisihan piutang tak tertagih
untuk periode berikutnya dapat dikurangi. Sebaliknya apabila penyisihan dirasakan
kurang, maka pada akhir periode kita dapat mendebit akun BebanPiutang
Tak Tertagih dan mengkredit Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk membuat
jumlah akun penyisihan yang ada dalam neraca lebih realistis.
Pembayaran piutang yang sudah dianggap tidak tertagih
Walaupun piutang dagang tersebut sudah dihapuskan,
debitur tetap berkewajib- anuntuk
membayar hutangnya. Walaupun demikian, kegiatan penagihan yang dilakukan
oleh perusahaan sudah dikendurkan, dan bahkan perusahaan memberikan
permasalahan piutang tersebut pada pengacara dengan harapan bahwa
setidaknya sebagian dari piutang tersebut dapat ditagih nantinya.
Misalkan piutang tuan Indra yang sudah dihapuskan ternyata dibayar, maka pertama
kali yang harus dilakukan perusahaan adalah melakukan jurnal balik. Jurnal
ini bertujuan untuk memberikan nilai sisa debit bagi piutang langganan yang
sudah dihapuskan tersebut.
Misalkan piutang tuan Indra sebesar Rp 1.300
dihapuskan pada bulan Pebruari 2012 dan tuan Indra membayar hutangnya pada
bulan Agustus 2012, maka jurnal yang dilakukan untuk kejadian ini adalah:
Pebruari 2012
Penyisihan Piutang Tak tertagih 1.300
Piutang Dagang - Indra 1.300
(Untuk
mencatat penghapusan piutang tuan Indra)
Agustus 2012
Piutang Dagang - Indra 1.300
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1.300
(Untuk
mengembalikan piutang tuan Indra)
Kas 1.300
Piutang Dagang - Indra 1.300
(Untuk
mencatat pembayaran piutang tuan Indra)
Memperkirakan
jumlah piutang tak tertagih
Semakin akurat perkiraan kita, semakin dapat dipercaya
pula data-data keuanganyang disajikan dalam laporan keuangan yang kita buat.
Bagaimana cara untuk memperkirakan
besarnya piutang tak tertagih? Cara yang paling logis adalah dengan
melihat pengalaman masa lalu dari perusahaan. Metode persentase penjualan
dan metode umur piutang (aging), keduanya didasar- kan pada pengalaman masa lalu
perusahaan.
Metode yang paling sering digunakan
adalah memperkirakan beban jumlah piutang tak tertagih sebagai persentase
tertentu atas jumlah penjualan kredit perusahaan. Beban penyisihan piutang
tak tertagih akan dibukukan pada akhir periode sebagai ayat jurnal penyesuaian.
Berdasarkan pengalaman selama empat tahun, suatu
perusahaan memperkirakan
jumlah piutang tak tertagih rata-rata adalah 2,5% dari penjualan kredit. Misalkan penjualan kredit untuk
tahun 2013 besarnya Rp 500.000 maka
ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat perusahaan pada periode tersebut adalah:
Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban piutang tak tertagih
(Rp 500.000 X
0,025) 12.500
Penyisihan piutang tak tertagih 12.500
Dalam metode ini kita tidak mengindahkan jumlah awal yang ada dalam
penyisihan piutang tak tertagih.
Perusahaan dapat mengubah persentasi penyisihan dari
tahun ke tahun berdasarkan pengalamannya di masa lampau. Misalkan penagihan
tahun 2014 lebih
besar, dan penghapusan lebih sedikit dari yang diharapkan, maka nilai sisa kredit dari penyisihan piutang
tak tertagih akan terlalu besar dibandingkan dengan nilai
sisa debit piutang dagang. Dalam hal ini perusahaan akan menurun- kan tingkat persentase penyisihannya,
sehingga penyisihan yang dimiliki perusahaan tidak akan naik
terlampau besar.
Perusahaan yang baru berdiri dapat mencari data
penyisihan piutang tak tertagih dari buku atau publikasi yang diterbitkan
industri yang bersangkutan, pemerintah,
ataupun dari data yang lain.
Cara lain yang sering dipergunakan dalam memperkirakan
piutang tak tertagih adalah dengan menggunakan skedul umur piutang. Dalam
metode ini, piutang dagang dianalisa secara individu berdasarkan lamanya
waktu piutang tersebut berada dalam perkiraan perusahaan. Apabila hal ini
dilakukan secara manual, maka akan memakan waktu yang lama. Dengan pertolongan
komputer, hal ini jadi lebih mudah dilakukan. Paket akuntansi yang terkomputerisasi
akan menyusun laporan skedul umur piutang. Komputer akan mengakses
data langganan dan menyortir akun berdasarkan nomor pelanggan dan
tanggal faktur.
Perusahaan Kontraktor Asal Bangun menyusun piutang
dagangnya seperti tertera di bawah ini:
Tabel 1. Skedul Umur Piutang
Nama Nasabah
|
Umur Perkiraan
|
||||
1-30
Hari
|
31-60
Hari
|
61-90
Hari
|
Lebih dari 90 Hari
|
Total Nilai
Sisa
|
|
PT Tebarko
|
Rp
20.000
|
Rp
20.000
|
|||
PT
Kitjago Paret
|
Rp
10.000
|
Rp 10.000
|
|||
PT Pipa
Sarasota
|
Rp
13.000
|
Rp10.000
|
Rp 23.000
|
||
PT
Enakiya
|
Rp 3.000
|
Rp1.000
|
Rp 4.000
|
||
Akun-akun
Lain*
|
Rp
39.000
|
Rp 12.000
|
Rp 2.000
|
Rp 2.000
|
Rp 55.000
|
Total
|
Rp
69.000
|
Rp
25.000
|
Rp15.000
|
Rp 3.000
|
Rp 112.000
|
Perkiraan PersentasePiutang yang Tak Tertagih
|
0.1%
|
1%
|
5%
|
90%
|
|
Penyisihan
Piutang Tak Tertagih
|
Rp 69
|
Rp 250
|
Rp 750
|
Rp 2.700
|
Rp
3.769
|
* Akun Iain-lain pada kenyataannya juga diperinci satu persatu
|
Angka persentase perkiraan piutang tak tertagih
didasarkan pada pengalaman masa lalu
perusahaan. Jumlah piutang dagang di setiap kelompok akan dikalikan dengan persentase perkiraan
piutang tak tertagih dalam kelompok tersebut.Misalkan kelompok 1-30 hari
memiliki nilai sisa sebesar Rp 69.000 yang dikalikan 0,1%
untuk mendapatkan penyisihan sebesar Rp 69, nilai sisa penyisihan piutang tak tertagih perusahaan
merupakan gabungan dari berbagai kelompok umur piutang (Rp 69 + Rp 250 + Rp 750 + Rp 2.700).
Misalkan nilai sisa awal dari penyisihan piutang tak
tertagih besarnya Rp 2.100 (saldo kredit).
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Sisa sebelum penyesuaian
2.100
|
Dalam metode umur piutang ini, ayat jurnal penyesuaian
dibuat sedemikian rupa sehingga
nilai sisa penyisihan tersebut meningkat dari Rp 2.100 menjadi Rp 3.769. Jurnal
yang dilakukan oleh PT Asal Bangun untuk mengubah penyisihan tersebut adalah:
Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban Piutang Tak Tertagih 1.669
Penyisihan Piutang Tak Tertagih(Rp
3.769-Rp 2.100) 1.669
Bila anda perhatikan maka anda lihat bahwa nilai sisa
awal penyisihan piutang tak tertagih
akan mempengaruhi besarnya penambahan penyisihan tersebut.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Sisa sebelum penyesuaian
2.100
Jumlah
penyesuaian 1.669
|
Sisa setelah
penyesuaian 3.769
|
Ada kemungkinan bahwa Penyisihan Piutang Tak Tertagih
sebelum disesuaikan, memiliki nilai sisa debit. Hal ini terjadi bila jumlah
piutang yang dihapuskan lebih besar dari jumlah penyisihan yang dibuat perusahaan.
Misalkan sebelum penyesuaian, nilai sisa penyisihan adalah Rp 1.500
(nilai sisa debit).
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Sisa sebelum penyesuaian
2.100
|
Ayat Jurnal Penyesuaian yang dibuat:
Beban Piutang Tak Tertagih (Rp 3.769
+ Rp 1.500) 5.269
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 5.269
Setelah jurnal ini dibukukan, maka akun Penyisihan
Piutang Tak Tertagih akan menjadi
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
|
Jumlah
penyesuaian 5.269
|
Setelah
penyesuaian 3.769
|
Sisa sebelum penyesuaian 1.500
|
Dalam neraca, jumlah cadangan Rp 3.769 akan
dikurangkan dari Piutang Dagang untuk mendapatkan jumlah Piutang Dagang Netto
yang mencerminkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih oleh
perusahaan.
Selain menambah keakuratan laporan keuangan, metode
ini juga menun- jukkan pada manajemen, piutang
yang mana yang sudah jatuh tempo dan sudah saatnya untuk ditagih.
Perbandingan
metode persentase penjualan dengan metode umur piutang
Dalam praktik, banyak perusahaan yang mempergunakan
kedua metode ini secara bersamaan
seperti tampak pada Gambar 2. Untuk laporan keuangan intern, perusahaan mempergunakan
metode persentase penjualan, karena memang metode ini lebih mudah untuk diterapkan. Pada akhir tahun perusahaan
dapat menggunakan metode umur
piutang untuk meyakinkan bahwa piutang sudah dilaporkan pada nilai yang selayaknya (yang
diharapkan dapat ditagih). Kedua metode
ini baik untuk digunakan secara bersama, karena metode persentase penjualan difokuskan untuk mengukur piutang tak
tertagih dalam laporan laba rugi,
sedangkan metode umur piutang mengukur piutang dagang - netto dalamneraca.
Metode Penghapusan
Langsung
Ketika metode hapus
langsung digunakan, beban kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat
ditagih hanya akan dicatat atau diakui apabila benar-benar telah terjadu
pelanggan tertentu yang menyatakan tidak bisa membayar (actual loss), bukan
berdasarkan pada kerugian tertentunya tidak bisa membayar aka pada saat itulah
perusahaan akan menghapus langsung piutang usahanya atas pelanggan tertentu
disebelah kredit (tanpa melakukan pencadangan terlebih dahulu) dan
membebankannya disebelah debet sebagai beban kredit macet atau beban piutang
yang tidak dapat ditagih. Jadi, dalam hal ini ayat jurnal yang perlu dibuat
oleh perusahaan untuk mencatta besarnya actual loss adalah
Beban piutang yang tidak dapat ditagih xxx
Piutang
Usaha TnX xxx
Metode penghapusan langsung memang mudah untuk
dipakai, tetapipemakaiannya akan menyebabkan kesalahan yang besar, apabila jumlah
piutang yang tak tertagih
juga besar. Karena itu sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam penilaian piutang tak
tertagihnya. Dalam Standar Akuntansi
Keuangan, perusahaan diharuskan menggunakan metode penyisihan dalam membuat laporan keuangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar