Sabtu, 21 Mei 2016

Ringkasan Piutang



Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang biasanya langsung dalam bentuk piutang wesel dan piutang bunga), maupn sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak)
Sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya pelanggan akan lebih tertarik membeli produk yang ditawarkan secara kredit oleh perusahaan. Dan hal ini rupanya juga menjadi salah satu trik untuk meningkatkan besarnya omset penjualan yang akan tampak dalam laporan laba ruginya. Piutang yang timbul dari penjualan atau penyerahan barang dan jasa secara kredit ini diklasifikasikan sebagai piutang.
Dalam praktek, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi
1.      Piutang usaha
Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hari hingga 60 hari.
2.      Piutang wesel
Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel adalah pihak yang telah berhutang kepada perusahaan. Pihak yang berhutang berjanji kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes.
Piutang wesel merupakan piutang dagang dalam bentuk yang lebih formal. Orang yang berpiutang akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa ia akan membayarkan sejumlah uang tertentu pada kreditur pada saat yang telah ditetapkan. Biasanya jangka waktu dari piutang wesel ini tidak lebih lama dari 60 hari. Terkadang piutang wesel juga mengharuskan debitur untuk memberikan suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya, maka kreditur berhak untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut.

Tanggal dimana wesel akan dibayar dinamakan tanggal jatuh tempo. Periode atau jangka waktu antara tanggal penerbitan wesel dan tanggal jatuh tempo dari sebuah wesel jangka pendek, dapat dinyatakan baik dalam jumlah hari atau bulan. Ketika jangka waktu atau umur wesel dinyatakan dalam jumlah hari, maka cara menentukan tanggal jatuh temponya adalah dengan menghitung sekian hari sejak tanggal penerbitannya. Dalam hal ini, tanggal dimana wesel diterbitkan adalah diabaikan, sedangkan tanggal dimana wesel akan jatuh tempo turut diperhitungkan. Sebagai contoh, tanggal jatuh tempo atas wesel yang berumur 60 hari dan diterbitkan pada tanggal 12 Juni adalah tanggal 11 Agustus, yang dihitung sebagai berikut :
Umur wesel                                         60 hari
Juni (30-12)     = 18
Juli                   = 31                             (49) hari
Tanggal jatuh tempo : Agustus           11
Dalam wesel tertera mengenai tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh pembuat wesel kepada pemegang wesel pada saat wesel tersebut jatuh tempo. Untuk piutang wesel berbunga, nilai jatuh temponya adalah sebesar nilai nominal wesel ditambah dengan bunga yang dihitung.
Rumus dasar dalam menghitung bunga adalah sebagai berikut :
Nilai nominal (pokok) x tingkat suku bunga tahunan x umur wesel
a.      Ketentuan atau kondisi wesel
Nilai nominal              Rp. 50.000.000
Tingkat suku bunga 9%
Jangka waktu wesel 60 hari
Perhitungannya : Rp. 50.000.000 x 9% x 60/360 = Rp. 750.000
b.      Ketentuan atau kondisi wesel
Nilai nominal Rp. 75.000.000
Tingkat suku bunga 6%
Jangka waktu wesel 3 bulan
Perhitungannya : Rp. 75.000.000 x 6% x 3/12 = Rp. 1.125.000
Seperti yang telah disebutkan, wesel dapat diterima dari pelanggan untuk menggantikan piutang usaha. Sebagai ilustrasi , asumsi bahwa sebuah wesel yang bernilai nominal Rp. 4.000.000 , dengan tingkat suku bunga 6% dan berjangka 45 hari diterima tanggal 12 Maret 2010.
12 Maret 2010
Piutang Wesel             Rp. 4.000.000
            Piutang Usaha Tn X                 Rp. 4.000.000
Ketika wesel jatuh tempo, ayat jurnal untuk mencatat penerimaan atas nilai nominal wesel berikut bunganya adalah sebagai berikut :
26 April 2010
Kas                   Rp. 4.030.000
            Piutang Wesel             Rp. 4.000.000
            Pend Bunga                 Rp. 30.000
3.      Piutang lain lain
Piutang lain lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca. Piutang lain-lain terdiri dari bermacam ragam, biasanya merupa- kan pinjaman yang diberikan kepada pegawai ataupun cabang dari perusahaan. Biasanya piutang ini bersifat jangka panjang, tetapi piutang tersebut dapat dikategorikan sebagai aktiva lancar apabila piutang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun. Contohnya adalah piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak, dan tagihan kepada karyawan. Dalam neraca, pelaporan wesel tagih yang bersifat jangka panjang dan piutang Iain-lain biasanya diletakkan di antara bagian aktiva lancar dengan aktiva tetap.
Pengakuan Piutang Usaha
            Akun piutang usaha pertama kali akan timbul oleh karena penjualan barang dagangan secara kredit, yang kemudian dapat diikuti dengan transaksi retur penjualan, penyesuaian atau pengurangan harga jual, dan pada akhirnya penagihan (baik tanpa ataupun disertai dengan pemberian potongan penjualan)
Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, yaitu :
Piutang Usaha                         xxx
            Penjualan                    xxx

Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima kembali barang dagangan yang telah dijualnya secara kredit atau pada saat memberikan penyesuaian/pengurangan harga jual kepada pelanggannya, yaitu :

Retur penjualan&penyesuaian harga jual      xxx
            Piutang Usaha                                                 xxx

Ayat jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai (selama periode potongan) adalah sebagai berikut :
Kas                               xxx
Potongan Penjualan    xxx
            Piutang Usaha             xxx
Sedangkan untuk perusahaan jasa, akun piutang usaha akan timbul apabila perusahaan belum menerima pembayaran atas jasa yang secara substansial telah selesai diberikan kepada pelanggan. Dalam hal ini, ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pemberi jasa dalam pembukuannya adalah sebagai berikut :

Piutang Usaha                         xxx
            Pendapatan Jasa         xxx

Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Orang yang tidak dapat membayar sekarang akan melakukan pembelian secara kredit. Penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat, tetapi kerugian yang dialami perusahaan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tidak ditagih. Kerugian ini biasanya disebut beban piutang tak tertagih. Besar dari beban piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan.

Pengukuran Jumlah Piutang Tak Tertagih
Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, beban piutang tak tertagih merupakan beban yang memang timbul karena kegiatan bisnis perusahaan. Sebagai beban usaha, tentunya beban piutang tak tertagih harus diketahui jumlahnya. Untuk itu, akuntan mengenal dua metode yang dapat dipakai, yaitu metode penyisihan dan metode penghapusan langsung.
Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan perusahaan seakurat mungkin, maka perusahaan yang banyak melakukan penjualan secara kredit akan mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur jumlah piutang tak tertagih. Dalam pencatatan kerugian, metode ini tidak menunggu sampai langganan benar-benar tidak mampu membayar, melainkan memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dibayar oleh langganan.Manajer perusahaan tentunya mengetahui bahwa tidak semualangganannya akan membayar secara penuh.
Tanpa harus menebak-nebak mana langganan yang tidak akan membayar, metode ini menggunakan pengalaman masa lampau untuk memperkirakan berapa jumlah beban piutang tak tertagih untuk periode ini. Perusahaan akan mendebit beban piutang tak tertagih sejumlah yang diperkirakan, dan akan mengkredit akun penyisihan piutang tak tertagih, yang nantinya akan disajikan sebagai pengurang dari akun piutang dagang di dalam neraca.
Untuk dapat memadukan pendapatan dan beban dengan lebih tepat, beban piutang tak tertagih diperkirakan berdasarkan pengalaman pada periode-periode sebelumnya, dan dicatat sebagai ayat jurnal penyesuaian pada periode dimana penjualan tersebut dilaksanakan. Pencatatan ini akan (1) menurunkan laba bersih karena kita mendebit akun Bebandan (2) menurunkan piutang dagang - netto, karena kita mengkredit akun Penyisihan.(Penyisihan piutang tak tertagih meru­pakan akun yang akan mengurangi akun piutang dagang untuk mendapatkan piutang dagang netto).
Misalkan jumlah penjualan perusahaan untuk tahun 2011 adalah Rp 240.000 dan berdasarkan pengalaman masa lalu perusahaan memperkirakan beban piutang tak tertagih untuk periode tersebut adalah Rp 3.100, maka pencatatan yang dilakukan selama tahun 2011 adalah sebagai berikut: (Ada dua piutang dagang yang diperinci, yaitu piutang dagang dari Indra dan Dewi).

2011
Piutang dagang - Indra                                              1.300
Piutang dagang - Dewi                                               1.700
Piutang dagang - langganan lain                               237.000
Penjualan                                                                                  240.000
(Untuk mencatat penjualan)                      

2011
Beban piutang tak tertagih                                              3.100
Penyisihan piutang tak tertagih                                             3.100
(Untuk mencatat beban tak tertagih berdasarkan pengalaman perusahaan di masa lalu)

Jurnal yang mencatat beban piutang tak tertagih akan menurunkan piutang dagang netto. Laporan keuangan perusahaan tahun 2011 akan terlihat seperti di bawah ini:

Laporan Laba Rugi     2011
Penjualan                                                                                  Rp 240.000
Beban piutang tak tertagih                                                    Rp 3.100
Neraca                                                                   31 Desember 2011
Aktiva lancar:  
Piutang dagang                                                                  Rp 240.000
Dikurangi: Penyisihan piutang tak tertagih                            (Rp  3.100)
Piutang dagang - Netto                                                     Rp 236.900

Penghapusan Piutang tak tertagih
Selama tahun 2012, perusahaan berhasil menagih hampir semua piutang dagangnya. Walaupun demikian, bagian kredit mengatakan bahwa Indra dan Dewi tidak dapat membayar hutang mereka. Perusahaan lalu menghapuskan hutang mereka dan melakukan pencatatan sebagai berikut:

Kas                                                                    235.000
Piutang dagang                                                 235.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang)



Penyisihan piutang tak tertagih                           3.000
Piutang Dagang - Indra                                             1.300
Piutang Dagang - Dewi                                              1.700
(Untuk mencatat piutang yang tak tertagih)

Jurnal untuk penghapusan piutang tidak akan berpengaruh pada keuntungan perusahaan, karena tidak ada pendebitan akun Beban.
 Jurnal ini juga tidak akan mempengaruhi jumlah piutang dagang netto karena kita melakukan jurnal dengan mendebit akun penyisihan dan mengkredit akun piutang dagang

Laporan keuangan tahun 2011 dan 2012 yang berhubungan dengan piutang dagang terlihat di bawah ini. Untuk memperjelas pemaduan antara beban dan pendapatan, diasumsikan bahwa perusahaan tidak melakukan penjualan sepanjang tahun 2012.

Laporan Laba Rugi:                                                                      2011             2012
Penjualan                                                                         Rp 240.000                 0
Beban:
Beban piutang tak tertagih                                          Rp 3.100                   0

Prinsip pemaduan mensyaratkan bahwa beban piutang tak tertagih harus dihubungkan dengan penjualannya, karena itu pada tahun 2012 tidak ada beban, karena pada tahun tersebut tidak ada pendapatan. Neraca perbandingan perusahaan untuk tahun 2011 dan 2012 adalah sebagai berikut:

Neraca                                                                                                                     31 Desember
                                                                                                                               2011                  2012
Aktiva Lancar:
Piutang Dagang                                                                                Rp 240.000         Rp 2.000
Dikurangi: Penyisihan Piutang tak tertagih                                    Rp(3.100)           Rp (100)
Piutang Dagang - Neto                                                                     Rp 236.900          Rp 1.900

Penghapusan piutang tak tertagih tidak akan selalu sama dengan penyisihan piutang tak tertagih

Penghapusan piutang tak tertagih merupakan jumlah aktual piutang yang tidak dapat ditagih dari konsumen, sedangkan penyisihan dibuat berdasarkan perkiraan. Penghapusan akan sama dengan penyisihan hanya bila kita dengan tepat memperkirakan berapa jumlah piutang yang bakal tak tertagih pada periode tersebut, suatu kejadian yang jarang terjadi. Biasanya  akan ditemukan selisih antara jumlah yang dihapuskan dengan jumlah yang disisihkan. Jika jumlah yang disisihkan terlalu besar dalam suatu periode, maka akun penyisihan piutang tak tertagih untuk periode berikutnya dapat dikurangi. Sebaliknya apabila penyisihan dirasakan kurang, maka pada akhir periode kita dapat mendebit akun BebanPiutang Tak Tertagih dan mengkredit Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk membuat jumlah akun penyisihan yang ada dalam neraca lebih realistis.

Pembayaran piutang yang sudah dianggap tidak tertagih
Walaupun piutang dagang tersebut sudah dihapuskan, debitur tetap berkewajibanuntuk membayar hutangnya. Walaupun demikian, kegiatan penagihan yang dilakukan oleh perusahaan sudah dikendurkan, dan bahkan perusahaan memberikan permasalahan piutang tersebut pada pengacara dengan harapan bahwa setidaknya sebagian dari piutang tersebut dapat ditagih nantinya. Misalkan piutang tuan Indra yang sudah dihapuskan ternyata dibayar, maka pertama kali yang harus dilakukan perusahaan adalah melakukan jurnal balik. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan nilai sisa debit bagi piutang langganan yang sudah dihapuskan tersebut.
Misalkan piutang tuan Indra sebesar Rp 1.300 dihapuskan pada bulan Pebruari 2012 dan tuan Indra membayar hutangnya pada bulan Agustus 2012, maka jurnal yang dilakukan untuk kejadian ini adalah:

Pebruari 2012
Penyisihan Piutang Tak tertagih                             1.300
Piutang Dagang - Indra                                                      1.300
(Untuk mencatat penghapusan piutang tuan Indra)

Agustus 2012
Piutang Dagang - Indra                                                1.300
Penyisihan Piutang Tak Tertagih                                  1.300
(Untuk mengembalikan piutang tuan Indra)


Kas                                                                                        1.300
Piutang Dagang - Indra                                                      1.300
(Untuk mencatat pembayaran piutang tuan Indra)

Memperkirakan jumlah piutang tak tertagih
Semakin akurat perkiraan kita, semakin dapat dipercaya pula data-data keuanganyang disajikan dalam laporan keuangan yang kita buat. Bagaimana cara untuk memperkirakan besarnya piutang tak tertagih? Cara yang paling logis adalah dengan melihat pengalaman masa lalu dari perusahaan. Metode persentase penjualan dan metode umur piutang (aging), keduanya didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan.
Metode yang paling sering digunakan adalah memperkirakan beban jumlah piutang tak tertagih sebagai persentase tertentu atas jumlah penjualan kredit perusahaan. Beban penyisihan piutang tak tertagih akan dibukukan pada akhir periode sebagai ayat jurnal penyesuaian.
Berdasarkan pengalaman selama empat tahun, suatu perusahaan memperkirakan jumlah piutang tak tertagih rata-rata adalah 2,5% dari penjualan kredit. Misalkan penjualan kredit untuk tahun 2013 besarnya Rp 500.000 maka ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat perusahaan pada periode tersebut adalah:

Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban piutang tak tertagih (Rp 500.000 X 0,025)               12.500
Penyisihan piutang tak tertagih                                                 12.500

Dalam metode ini kita tidak mengindahkan jumlah awal yang ada dalam penyisihan piutang tak tertagih.
Perusahaan dapat mengubah persentasi penyisihan dari tahun ke tahun berdasarkan pengalamannya di masa lampau. Misalkan penagihan tahun 2014 lebih besar, dan penghapusan lebih sedikit dari yang diharapkan, maka nilai sisa kredit dari penyisihan piutang tak tertagih akan terlalu besar dibandingkan dengan nilai sisa debit piutang dagang. Dalam hal ini perusahaan akan menurunkan tingkat persentase penyisihannya, sehingga penyisihan yang dimiliki perusahaan tidak akan naik terlampau besar.
Perusahaan yang baru berdiri dapat mencari data penyisihan piutang tak tertagih dari buku atau publikasi yang diterbitkan industri yang bersangkutan, pemerintah, ataupun dari data yang lain.
Cara lain yang sering dipergunakan dalam memperkirakan piutang tak tertagih adalah dengan menggunakan skedul umur piutang. Dalam metode ini, piutang dagang dianalisa secara individu berdasarkan lamanya waktu piutang tersebut berada dalam perkiraan perusahaan. Apabila hal ini dilakukan secara manual, maka akan memakan waktu yang lama. Dengan pertolongan komputer, hal ini jadi lebih mudah dilakukan. Paket akuntansi yang terkomputerisasi akan menyusun laporan skedul umur piutang. Komputer akan mengakses data langganan dan menyortir akun berdasarkan nomor pelanggan dan tanggal faktur.
Perusahaan Kontraktor Asal Bangun menyusun piutang dagangnya seperti tertera di bawah ini:






Tabel 1. Skedul Umur Piutang
Nama Nasabah
Umur Perkiraan
1-30
Hari
31-60
Hari
61-90
Hari
Lebih dari 90 Hari
Total Nilai
Sisa
PT Tebarko
Rp 20.000



Rp 20.000
PT Kitjago Paret
Rp 10.000



Rp 10.000
PT Pipa Sarasota

Rp 13.000
Rp10.000

Rp 23.000
PT Enakiya


Rp 3.000
Rp1.000
Rp 4.000
Akun-akun Lain*
Rp 39.000
Rp 12.000
Rp 2.000
Rp 2.000
Rp 55.000
Total
Rp 69.000
Rp 25.000
Rp15.000
Rp 3.000
Rp 112.000
Perkiraan PersentasePiutang yang Tak Tertagih
0.1%
1%
5%
90%

Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Rp 69
Rp  250
Rp  750
Rp 2.700
Rp 3.769
* Akun Iain-lain pada kenyataannya juga diperinci satu persatu

Angka persentase perkiraan piutang tak tertagih didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan. Jumlah piutang dagang di setiap kelompok akan dikalikan dengan persentase perkiraan piutang tak tertagih dalam kelompok tersebut.Misalkan kelompok 1-30 hari memiliki nilai sisa sebesar Rp 69.000 yang dikalikan 0,1% untuk mendapatkan penyisihan sebesar Rp 69, nilai sisa penyisihan piutang tak tertagih perusahaan merupakan gabungan dari berbagai kelompok umur piutang (Rp 69 + Rp 250 + Rp 750 + Rp 2.700).
Misalkan nilai sisa awal dari penyisihan piutang tak tertagih besarnya Rp 2.100 (saldo kredit).
Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Sisa sebelum penyesuaian 2.100

Dalam metode umur piutang ini, ayat jurnal penyesuaian dibuat sedemikian rupa sehingga nilai sisa penyisihan tersebut meningkat dari Rp 2.100 menjadi Rp 3.769. Jurnal yang dilakukan oleh PT Asal Bangun untuk mengubah penyisihan tersebut adalah:

Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban Piutang Tak Tertagih                                      1.669
Penyisihan Piutang Tak Tertagih(Rp 3.769-Rp 2.100)                         1.669

Bila anda perhatikan maka anda lihat bahwa nilai sisa awal penyisihan piutang tak tertagih akan mempengaruhi besarnya penambahan penyisihan tersebut.

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Sisa sebelum penyesuaian 2.100
Jumlah penyesuaian  1.669


Sisa setelah penyesuaian  3.769


Ada kemungkinan bahwa Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebelum disesuaikan, memiliki nilai sisa debit. Hal ini terjadi bila jumlah piutang yang dihapuskan lebih besar dari jumlah penyisihan yang dibuat perusahaan. Misalkan sebelum penyesuaian, nilai sisa penyisihan adalah Rp 1.500 (nilai sisa debit).

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Sisa sebelum penyesuaian 2.100


Ayat Jurnal Penyesuaian yang dibuat:
Beban Piutang Tak Tertagih (Rp 3.769 + Rp 1.500)               5.269
Penyisihan Piutang Tak Tertagih                                             5.269

Setelah jurnal ini dibukukan, maka akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih akan menjadi

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Jumlah penyesuaian  5.269


Setelah penyesuaian  3.769


Sisa sebelum penyesuaian  1.500

Dalam neraca, jumlah cadangan Rp 3.769 akan dikurangkan dari Piutang Dagang untuk mendapatkan jumlah Piutang Dagang Netto yang mencerminkan jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih oleh perusahaan.
Selain menambah keakuratan laporan keuangan, metode ini juga menunjukkan pada manajemen, piutang yang mana yang sudah jatuh tempo dan sudah saatnya untuk ditagih.



Perbandingan metode persentase penjualan dengan metode umur piutang
Dalam praktik, banyak perusahaan yang mempergunakan kedua metode ini secara bersamaan seperti tampak pada Gambar 2. Untuk laporan keuangan intern, perusahaan mempergunakan metode persentase penjualan, karena memang metode ini lebih mudah untuk diterapkan. Pada akhir tahun perusahaan dapat menggunakan metode umur piutang untuk meyakinkan bahwa piutang sudah dilaporkan pada nilai yang selayaknya (yang diharapkan dapat ditagih). Kedua metode ini baik untuk digunakan secara bersama, karena metode persentase penjualan difokuskan untuk mengukur piutang tak tertagih dalam laporan laba rugi, sedangkan metode umur piutang mengukur piutang dagang - netto dalamneraca.

Metode Penghapusan Langsung
Ketika metode hapus langsung digunakan, beban kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat ditagih hanya akan dicatat atau diakui apabila benar-benar telah terjadu pelanggan tertentu yang menyatakan tidak bisa membayar (actual loss), bukan berdasarkan pada kerugian tertentunya tidak bisa membayar aka pada saat itulah perusahaan akan menghapus langsung piutang usahanya atas pelanggan tertentu disebelah kredit (tanpa melakukan pencadangan terlebih dahulu) dan membebankannya disebelah debet sebagai beban kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat ditagih. Jadi, dalam hal ini ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatta besarnya actual loss adalah

Beban piutang yang tidak dapat ditagih        xxx
            Piutang Usaha TnX                                          xxx

Metode penghapusan langsung memang mudah untuk dipakai, tetapipemakaiannya akan menyebabkan kesalahan yang besar, apabila jumlah piutang yang tak tertagih juga besar. Karena itu sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam penilaian piutang tak tertagihnya. Dalam Standar Akuntansi Keuangan, perusahaan diharuskan menggunakan metode penyisihan dalam membuat laporan keuangannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar