BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pariwisata menjadi aktivitas yang
mendapat perhatian besar, baik dari masyarakat maupun pihak pemerintah pada
periode delapan sampai sembilan puluhan. Sebelum tahun tujuh puluhan sudah
banyak daerah di Indonesia yang sesungguhnya bisa diolah melalui sektor
pariwisata, akan tetapi perhatian semua pihak masih lebih tertuju pada kekayaan
sumber alam yang melimpah, sehingga sektor pariwisata belum secara serius diperhatikan.
Sektor pariwisata baru mulai di kerjakan dengan serius sejak awal tahun delapan
puluhan, walaupun sesungguhnya sektor pariwisata telah bergejala dan mulai
menghasilkan devisa bagi dunia internasional termasuk Indonesia sejak tahun
1950 (Pitana, 2002).
Sektor lain seperti pertambangan dan
pertanian, industri pengolahan, transportasi dan yang lainnya sudah jauh lebih
dulu mendapat perhatian dalam pembangunan nasional Indonesia.
Sebagai dampak dari lambannya perhatian pemerintah memulai sektor ini sehingga
sektor pariwisata bagi Indonesia merupakan sumber devisa yang baru dan
potensial. Secara nasional, perkembangan kunjungan wisatawan ke Indonesia
(termasuk ke Bali) mengalami perkembangan yang fluktuatif. Tingkat kunjungan
wisatawan tertinggi terjadi pada tahun 1997 dan 2001. Pada tahun-tahun tersebut
secara kuantitatif kunjungan wisatawan ke Indonesia mencapai lebih dari lima
juta wisatawan. Sebaliknya, penurunan kunjungan wisatawan juga terjadi beberapa
kali dalam satu dekade terakhir. Penurunan kunjungan wisatawan ke Indonesia
yang paling tajam terjadi pada tahun 2003 yang mencapai – 11,25% (Disparda
Bali, 2004). Penurunan yang sangat tajam ini dipengaruhi oleh berbagai kondisi
yang secara beruntun yaitu terjadinya peristiwa-peristiwa yang sangat tidak
terduga dan sangat tidak diharapkan oleh seluruh bangsa di dunia termasuk semua komponen yang bersentuhan dengan dunia pariwisata.Terjadinya
serentetan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan,yang mengancam keamanan
dan kenyamanan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, berdampak pada
terhadap penurunan kunjungan wisatawan yang sangat tajam ke Bali.Mengawali
tahun 2006 sebagai dampak tragedi 1 Oktober 2005,pertumbuhan kunjungan
wisatawan mancanegara yang langsung datang ke Bali secara kontinue mengalami
kenaikan. Namun demikian, dengan berbagai upaya, akhirnya memperlihatkan hasil
yang menjanjikan dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
diakhir tahun 2006 . Usaha untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara, merupakan salahsatu wacana penting pemerintah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dan tujuan bisnis
pariwisata?
2. Apa saja Bentuk bisnis pariwisata?
3. Apa itu Potensi bisnis
pariwisata??
4. Bisnis dan manajemen bisnis
pariwisata
5. Prospek bisnis pariwisata
1.3 Tujuan
Tujuan dibentuknya makalah ini untuk
mengetahui definisi dan tujuan pariwisata, bentuk, prospek dan potensi bisnis
pariwisata di Indonesia khususnya Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pariwisata
Menurut peninjauan secara etimologis, istilah
pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata
yaitu "pari dan "wisata". Pari berarti berulang-ulang atau
berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata
berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang ulang atau (Musanef,
1996 : 8).
Pariwisata tidak hanya bisa diartikan secara
etimologis saja, tetapi terdapat pendapat dari para ahli diantaranya:
1. Hunziker dan Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata)
Pariwisata
adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya
orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak
menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat
sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh (Musanef, 1996:
11).
2. Hans Buchi
Pariwisata
adalah peralihan tempat untuk sementara waktu dan mereka yang mengadakan
perjalanan tersebut memperoleh pelayanan dari perusahaanperusahaan yang
bergerak dalam industri pariwisata (Musanef, 1996: 11).
3. Robert Mc. Intosh Shashi Kant Cupta
Pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,
bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan
melayani wisatawan ini serta penunjang lainnya
(Musanef,
1996: 11).
4. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990
Pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang itu.
Pengertian ini mengandung lima unsur yaitu: (1) unsur manusia (wisatawan),
(2) unsur kegiatan (perjalanan), (3) unsur motivasi (menikmati), (4) unsur
sasaran (obyek dan daya tarik wisata), (5) unsur usaha (Musanef, 1996:
13). Dan pengertian diatas terdapat beberapa hal yang penting yaitu :
a.
Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.
b.
Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.
c.Perjalanan
itu, walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya dan
rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata.
d. Orang
yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat/daerah
yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut,
dengan mendapat pelayanan (Musanef, 1996: 12).
5. Menurut James. J. Spillane (1987: 20) pariwisata adalah
kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,
mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati
olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan lain-lain. Defenisi yang
luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam
dan ilmu. Suatu perjalanan akan dianggap sebagai perjalanan wisata bila
memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu bersifat sementara,
bersifat sukarela (Voluntary) dalam anti tidak terjadi karena
paksaan, dan tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas
disimpulkan pengertian Pariwisata adalah kegiatan di mana orang terlibat dalam
perjalanan jauh dari rumah (bepergian) atar daerah atau antar negara terutama
untuk bisnis atau kesenangan dimana orang tersebut tidak menetap atau mencari
pekerjaan di tempat tersebut.
2.2 TUJUAN
PARIWISATA:
a. Dalam bisnis
pariwisata untuk mencapai profit maksimum melalui peningkatan pendapatan
dilakukan dengan menetapkan kebijakan diskriminasi harga.
b. Kebijakan diskriminasi
harga umumnya menunjukkan suatu tingkatan monopoli yang dapat meningkatkan
supernormal profit.
c. Akan tetapi
dalam bisnis pariwisata hal tersebut lebih cenderung menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam melakukan segmentasi pasar
d. Meningkatkan Devisa negara
e. Memperkenalkan
keindahan alam dan kebudayaan indonesia
f. Meningkatkan
persaudaraan persahabatan dan nasional dan internasional
2.3 BENTUK BISNIS
PARIWISATA
Menurut Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat
dibagi menjadi lima kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya
terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan
menurut alat angkut yang dipergunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut
dijelaskan dibawah ini:
a.Menurut asal wisatawan Pertama-tama perlu diketahui wisatawan itu berasal
dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri berarti sang
wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya
sendiri dan selamaia mengadakan perjalanan, maka disebut pariwisata domestik,
sedangkankalau ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional.
b.Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan dari
luar negeri adalah membawa mata uangasing. Pemasukan valuta asing ini berarti
memberi dampak positif terhadapneraca pembayaran luar negeri suatu negara yang
dikunjunginya, yang inidisebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang
warga
negara ke
luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luarnegerinya,
disebut pariwisata pasif.
c.Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau
negaradiperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau
negarayang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata
jangkapendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung
kepadaketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek
atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.
d.Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah
wisatawan yang datang,apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka
timbulahistilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
e.Menurut alat angkut yang dipergunakan Dilihat dari segi penggunaan yang
dipergunakan oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi
pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil,
tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta
api atau mobil
2.4 POTENSI
BISNIS PARIWISATA
Bali merupakan daerah yang sangat potensial bagi para
pebisnis untuk mengembangkan ide-idenya.Bisnis di Bali menjadi incaran para
pengusaha bisnis mengingat daerah ini sangat ramai dikunjungi oleh paraturis
baik domestik maupun turis-turis asing. Bisnis di Bali terbilang akan subur,
mengingat daerah wisata inicukup di kenal di mata dunia internasional. Para
turis asing yang memiliki kantong-kantong tebal adalahkonsumen empuk yang akan
menyuburkan pengelolaan bisnis di Bali. Bagi Anda masyaratak Bali tentunya cukup
mengetahui jenis usaha apa yang akan menjadi bisnis di Bali yang laris manis.
Namun bagi Anda para investor asing yang ingin coba-coba memiliki bisnis di
Bali, Anda harus melakukan riset terlebih dahulu, jenis usaha apa yang akan
diminati banyak konsumen.Sebelum memutuskan untuk mengelola sebuah usaha, hal
yang harus Anda lakukan adalah melakukan survey mengenai kondisi sebuah daerah,
bagaimana kebiasaan masyarakatnya, hal-hal apa yang dibutuhkan serta bagaimana
aktivitas dan kondisi yang ada di daerah tersebut. Bali sebagai sebuah kawasan
wisata tentu sajacukup menjanjikan apabila kita melakukan buka usaha di Bali
terkait dengan hal-hal pariwisata. Namun demikian, bisnis di Bali tak hanya
terikat pada aktivitas pariwisata, para pebisnis juga bisa melirik
peluangbisnis di Bali dari aspek non pariwisata.Bisnis di Bali dari aspek
pariwisata memang cukup maju pesat, terlebih para konsumennya adalah para turis
asing yang berkantong tebal. Ada beberapa jenis bisnis di Bali dari aspek
pariwisata yang bisa Anda coba diantaranya:
1. Bisnis penginapan
Bisnis di Bali berupa penginapan tentu saja sudah
banyak dan cukup menjamur. Anda harus mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda
pada bisnis yang Anda kelola. Misalkan saja pada penginapan Anda dilengkapi
dengan berbagai tradisi dan budaya Indonesia lainnya dari berbagai daerah sehingga
membuat para turis asing tertarik untuk mengetahui Indonesia lebih dalam.
2. Bisnis rumah
makan muslim
Bisnis di Bali berupa usaha rumah makan muslim akan
sangat dicari olehpara turis domestik yang beragama Islam serta turis manca
negara lainnya dari negara-negara Islam. Parawisatawan yang taat beragama
biasanya akan selektif mencari makanan yang halal bagi mereka. Sikap ini dapat
Anda jadikan sebagai ide bisnis di Bali yang cukup potensial.
3. Bisnis layanan bahasa
Bisnis di Bali berupa layanan bahasa tentu saja sudah
cukup marak dilakukanorang. Semua orang mahir berbahasa Inggris, namun tak
salah jika Anda pula yang menawarkan kursus bahasaIndonesia singkat pada
turis-turis asing.
4. Bisnis
transportasi
Bisnis transportasi dan agen travel memang cukup
potensial di kawasan wisata sepertiBali. Bisnis di Bali yang satu ini memang
termasuk pada bisnis pariwisata primer yang dicari konsumen.
2.5 BISNIS
PARIWISATA DAN MANAJEMEN
Bisnis pariwisata dewasa ini memang memberikan kecerahan
bagi pergerakan roda ekonomi nasional. Investasi pada bisnis penyedia jasa
traveling, bisnis perhotelan, souvenir, transportasi darat, laut dan udara, sampai
dunia perbankan pun turut terimbasi bisnis pariwisata ini. Dampak lain dari
maraknya industri pariwisata ini adalah terserapnya tenaga kerja lokal.
Singkatnya bisnis pariwisata cukup memberikan angin segar bagi ekonomi
nasional, terlebih pengeluaran pemerintah sangat tergantung pada penyediaan
devisa melalui pajak dalam negeri. Sampai saat ini lebih kurang 76 persen
pendapatan nasional berasal dari penerimaan pajak. Bisa dibayangkan dampak yang
ditimbulkan bilamana sektor riil, termasuk bisnis pariwisata ini lumpuh, maka
tidaklah mengherankan jika sebagian besar roda ekonomi nasional pun terkena dampaknya.Dalam
bisnis anda bisa mencurahkan energi untuk menjaring wisatawan domestic dan
mancanegara, memberi diskon super murah tapi tetap memelihara lingkungan,
budaya, keramahan, pelayanan dan membangun sumber daya manusia yang unggul,
maka bukan saja pelanggan akan datang tapi juga tidak sabarmemberi tahu teman
mereka betapa bagusnya kepribadian, lingkungan, batin dan pesona bisnis
pariwisata Indonesia Dalam bisnis pariwisata, diperlukan manajemen yang baik.
Unsur keputusan yang cepat dan cerdas dalam inovasi manajemen sering berperan
membantu perusahaan mengembangkan keunggulan yang bertahan lama. Tampaknya tak
ada faktor yang mencerminkan instrumen yang sama dalam menjamin keberhasilan persaingan
jangka panjang. Artinya setiap pelaku bisnis pariwisata memiliki inovasi
manajemen dengan teknik dan keunggulannya masing-masing. Pelaku bisnis
pariwisata di Indonesia harus melakukan inovasi yang dapat bersaing dengan
negara – negara lain dalam bidang pariwisata. Hal itu akan menarik wisatawan
lebih banyak.
2.6 PROSPEK
BISNIS PARIWISATA
Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut
membantu menaikkan cadangan devisa dan secara pragmatis juga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat. Prospek industri pariwisata Indonesia diprediksikan WTO
akan semakin cemerlang, dengan perkiraan pada tahun 2010 akan mengalami pertumbuhan
hingga 4,2% per tahun. Selain itu sektor industri pariwisata nasional
memberikan kontribusi nasional bagi program pembangunan. Sebagai contoh, pada
tahun 1999 sektor pariwisata menghasilkan devisa langsung sebesar US$ 4,7 juta,
serta menyumbang 9,61% pada PDB dan menyerap 8% angkatan kerja nasional (6,6
juta orang) pada tahun yang sama. Selain faktor-faktor di atas, industri
pariwisata juga memiliki karakter unik, bahwa sektor pariwisata memberikan efek
berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata.
Berangkat
dari pemahaman bahwa model yang digunakan untuk pengembangan kawasan wisata
adalah model terbuka maka berarti tidak tertutup kemungkinan akan terjadi
kontak antara aktivitas kepariwisataan dengan aktivitas masyarakat sekitar
kawasan wisata. Kontak-kontak ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatanapapun
apalagi ditunjang dengan adanya sarana pendukung yang memungkinkan mobilitas
masyarakat.Kontak yang paling mungkin terjadi adalah kontak antara masyarakat
sekitar dengan pengunjung atauwisatawan. Masyarakat sekitar berperan sebagai
penyedia jasa kebutuhan wisatawan. Kontak ini apabila terjadi secara massif
akan mengakibatkan keterpengaruhan pada perilaku, pola hidup dan budaya
masyarakat setempat. Misalnya bagaimana terjadinya pergeseran kultur kehidupan
masyarakat sekitar kawasan Candi Borobudur yang semula berbasis dengan
aktivitas kehidupan agraris (bertani) bergeser menjadi masyarakat pedagang dan
penjual jasa. Pariwisata dengan segala aktivitasnya memang telah mampu
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perubahan masyarakat baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya. Hal itu menuntut adanya perhatian yang lebih
dari para pengambil kebijakan sektor pariwisata untuk mempertimbangkan kembali
pola pengembangan kawasan wisata agar masyarakat sekitar lebih dapat merasakan
manfaatnya. Dengan kata lainbagaimana membuat suatu kawasan wisata yang mampu
membuka peluang pelibatan aktif masyarakat sebagaisubyek dalam kegiatan
industri pariwisata bukan hanya sekedar sebagai obyek. Faktor kemanusiaan dan
entitas budaya lokal tidak boleh diabaikan, artinya kehidupan masyarakat tidak
boleh tercerabut dari akar budayanyanya karena adanya penekanan segi komersial
dari tourism.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pariwisata adalah kegiatan di mana orang terlibat
dalam perjalanan jauh dari rumah (bepergian) atar daerah atau antar negara
terutama untuk bisnis atau kesenangan dimana orang tersebut tidak menetap atau
mencari pekerjaan di tempat tersebut.
2. Bisnis pariwisata mempunyai beberapa
tujuan, salah satunya untuk meningkatkan devisa negara dan memperkenalkan
keindahan alam Indonesia.
3. Bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima kategori
yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran,
menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang
dipergunakan.
4. Indonesia mempunyai potensi pariwisata
yang besar, terutama di daerah Bali. Ada beberapa
jenis bisnis di Bali dari aspek pariwisata yang patut di coba, diantaranya : bisnis penginapan, bisnis
rumah makan muslim, bisnis layanan bahasa, dan bisnis transportasi,
5. Setiap pelaku bisnis pariwisata harus memiliki inovasi
manajemen dengan teknik dan keunggulannya masing-masing agar dapat
bersaing dengan negara – negara lain dalam bidang pariwisata. Hal itu akan
menarik wisatawan lebih banyak.
6. Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut
membantu menaikkan cadangan devisa dan secara pragmatis juga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat. Industri pariwisata juga memiliki karakter unik, bahwa
sektor pariwisata memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan
penduduk di kawasan sekitar pariwisata. Pariwisata dengan segala aktivitasnya juga
telah mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perubahan masyarakat
baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Hal itu menuntut adanya perhatian
yang lebih dari para pengambil kebijakan sektor pariwisata untuk
mempertimbangkan kembali pola pengembangan kawasan wisata agar masyarakat
sekitar lebih dapat merasakan manfaatnya. Dengan kata lain bagaimana membuat
suatu kawasan wisata yang mampu membuka peluang pelibatan aktif masyarakat
sebagai subyek dalam kegiatan industri pariwisata bukan hanya sekedar sebagai
obyek.
Daftar
Pustaka